Post Views: 293
Jakarta – Upaya Indonesia dalam mempercepat transisi energi bersih kini memasuki babak baru. Peresmian pengoperasian dan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang tersebar di 15 provinsi merupakan strategi besar menuju kemandirian energi nasional.
“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, pada siang hari ini, Kamis, 26 Juni 2025, saya meresmikan pengoperasian dan pembangunan energi terbarukan di 15 provinsi,” ungkap Presiden dalam konferensi video dari Bali.
Ia juga melanjutkan dengan peletakan batu pertama untuk lima pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia.
Peresmian projek dipusatkan di lokasi PLTP Blawan Ijen Unit 1, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Meski tidak dapat hadir langsung akibat kendala cuaca, Presiden menegaskan pentingnya pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan sebagai fondasi menuju swasembada energi.
“Kemerdekaan suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut untuk memberi makan rakyatnya dan menjamin kehidupan dan penghidupan yang layak untuk bangsanya. Energi memiliki peran penting untuk kehidupan bangsa di abad ke-21,” tegasnya.
Presiden menyatakan syukur atas potensi energi bersih yang dimiliki Indonesia dan berharap agar sumber daya tersebut dikelola dengan bijak.
“Kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri dan mampu memberi energi kepada seluruh bangsa Indonesia dalam keadaan yang efisien dan ekonomis,” tambahnya.
Pentingnya PLTP dan PLTS dalam Transisi Energi
PLTP Blawan Ijen Unit 1 menjadi salah satu tonggak penting dalam projek ini. Pembangkit ini telah mencapai tahap operasi komersial (COD) sejak 9 Februari 2025 dengan kapasitas 34 MW. Proyek tersebut diperkirakan bisa memberikan penerimaan negara hingga Rp15 miliar per tahun. Jika dikembangkan hingga kapasitas 110 MW, potensi pendapatan negara bisa meningkat menjadi Rp39 miliar per tahun, beserta bonus produksi sebesar Rp6,9 miliar.
Projek ini juga didukung oleh 83 menara transmisi dan jaringan 150 kV, yang memperkuat sistem kelistrikan Jawa-Bali dan dapat melayani sekitar 85.000 rumah tangga. Dengan adanya pembangkit ini, pemenuhan kebutuhan energi di wilayah tersebut akan lebih efisien.
Studi Kasus dan Proyek Energi Baru
Selain Blawan Ijen, dua PLTP lainnya yang mulai beroperasi adalah PLTP Sorik Marapi Unit 5 (41,25 MW) di Mandailing Natal, Sumut dengan investasi USD 52,9 juta dan potensi PNBP Rp12,56 miliar per tahun serta PLTP Salak Binary (16,15 MW) di Sukabumi, Jabar dengan investasi USD 45,5 juta dan potensi PNBP Rp5,2 miliar per tahun.
Lebih lanjut, lima projek PLTP baru juga mulai dibangun, antara lain:
- Patuha Unit 2 (55 MW) – Bandung, Jabar | Investasi USD 211,16 juta | Potensi PNBP: Rp95,1 miliar
- Salak Unit 7 (40 MW) – Sukabumi, Jabar | Target COD Des 2026 | Investasi USD 153,7 juta
- Wayang Windu Unit 3 (30 MW) – Bandung, Jabar | Target COD Des 2026 | Investasi USD 120 juta
- Muaralaboh Unit 2 (80 MW) – Solok Selatan, Sumbar | Target COD April 2027 | Investasi USD 417 juta
- Ulubelu Gunung Tiga (55 MW) – Tanggamus, Lampung | Target COD Des 2029 | Investasi USD 36,52 juta
100 proyek PLTS sebanyak 47 unit juga resmi dibuka dengan kapasitas total 27,8 MW. Projek ini akan memberikan akses listrik kepada 5.383 rumah tangga, sementara bantuan investasi juga dilakukan untuk membantu penyediaan energi di wilayah-wilayah tertentu.
Dengan adanya berbagai langkah ini, pemerintah menunjukkan komitmennya go green dan mewujudkan visi SDGs melalui peningkatan akses energi bersih yang ramah lingkungan dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Dengan melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan dan pengoperasian energi terbarukan, diharapkan seluruh masyarakat bisa merasakan manfaat dari kebutuhan energi yang berkelanjutan dan terjangkau.