• Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
  • Login
Lintasbangsa.id
  • Home
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Energi
  • Lingkungan Hidup
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Energi
  • Lingkungan Hidup
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Lintasbangsa.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup

Cetak Generasi Digital Sehat dan Kuat!

Cetak Generasi Digital Sehat dan Kuat!

Post Views: 454

Jakarta – Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan bagi mereka yang baru saja mengenal dunia: anak-anak. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mengungkap fakta mengejutkan—hampir 40 persen anak usia dini di Indonesia telah terbiasa menggunakan ponsel, dan lebih dari sepertiga di antaranya sudah menjelajahi dunia maya.

Angka-angka tersebut mencerminkan tren yang terus meningkat seiring pertambahan usia. Sekitar 37,02 persen anak usia 1–4 tahun dan 58,25 persen anak usia 5–6 tahun telah menggunakan gawai. Sementara itu, sebanyak 33,80 persen anak usia 1–4 tahun dan 51,19 persen anak usia 5–6 tahun diketahui aktif mengakses internet. Bahkan, 5,88 persen anak di bawah usia satu tahun sudah mulai terpapar penggunaan ponsel.

Kondisi serupa juga terjadi di wilayah tertinggal, di mana anak usia 13–14 tahun dilaporkan mulai mengalami gejala kecanduan media sosial. Fenomena ini turut diperkuat oleh catatan UNICEF yang menyebutkan bahwa setiap setengah detik, satu anak di dunia pertama kali bersentuhan dengan internet.

Pentingnya Memahami Dampak Teknologi pada Anak

Indonesia sendiri kini memiliki 221 juta pengguna internet, dan 9,17 persen di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 12 tahun. Ini tentu menempatkan mereka dalam risiko tinggi terhadap konten yang tidak sesuai usia dan bahaya digital lainnya. Media sosial dan permainan daring yang menarik perhatian dapat membuat anak-anak terjebak dalam siklus konsumsi yang berlebihan.

Pakar literasi digital Gun Gun Siswadi mengingatkan pentingnya mengenali perubahan perilaku anak akibat penggunaan gawai berlebihan. Dalam sebuah diskusi literasi digital, ia menegaskan bahwa perubahan seperti menarik diri dari pergaulan sosial dan gangguan pola tidur harus segera direspons oleh orang tua.

Strategi Menghadapi Tantangan Digital bagi Anak

Menurutnya, anak yang lebih suka mengurung diri di kamar, malas bersosialisasi, dan langsung kembali menatap layar meski sedang bersama keluarga adalah gejala umum kecanduan. “Jika dibiarkan, dampaknya bisa serius. Proses pemulihan pun akan jauh lebih kompleks dan memakan waktu,” tambahnya.

Selain perilaku sosial, pola tidur anak juga bisa menjadi indikator awal. Anak yang sulit tidur di malam hari, bangun kesiangan, atau tidak memiliki jadwal tidur teratur kemungkinan besar mengalami dampak dari konsumsi gawai yang tidak terkendali. “Dari pola tidur, orang tua bisa memulai intervensi yang lebih tepat dan bertahap,” jelas Gun Gun.

Memasuki era digital, Gun Gun menekankan bahwa peran orang tua harus ikut “naik kelas”. Tidak cukup hanya mengawasi, orang tua kini harus menjadi pendamping aktif dalam penggunaan teknologi di rumah. “Orang tua harus tahu platform mana yang aman, bagaimana mengatur kontrol orang tua, dan bagaimana membentuk budaya digital yang sehat di rumah,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar keluarga tidak menunggu sampai anak terpapar konten dewasa atau kekerasan baru kemudian bertindak. “Literasi digital harus mulai dari rumah dan sejak dini,” tandasnya.

Mengantisipasi risiko digital tidak bisa dilakukan setengah hati. Gun Gun mendorong agar literasi digital dimasukkan ke dalam agenda keluarga sehari-hari. Mulai dari kelas untuk orang tua, kampanye edukasi, hingga panduan teknis yang mudah dimengerti.

Beberapa langkah praktis yang disarankan antara lain:

  • Menetapkan jam bebas layar di rumah.
  • Menjaga konsistensi jam tidur anak.
  • Membangun komunikasi terbuka seputar etika digital.
  • Menjadi contoh nyata dalam penggunaan gawai secara bijak.

Tips Praktis Hadapi Tantangan Gawai untuk Orang Tua

  1. Batasi screen time maksimal 1–2 jam per hari untuk anak usia sekolah dasar.
  2. Terapkan zona bebas gawai di area tertentu seperti ruang makan dan kamar tidur.
  3. Gunakan fitur parental control serta browser ramah anak.
  4. Adakan dialog rutin tentang keamanan dan etika digital.
  5. Ikuti pelatihan literasi digital, baik daring maupun komunitas lokal.

Teknologi bukan musuh, tetapi alat. Kuncinya adalah bagaimana orang tua mengelola penggunaan teknologi dalam rumah tangga. Anak-anak Indonesia berhak menikmati manfaat dunia digital, namun mereka juga butuh perlindungan dari sisi gelapnya.

Dengan peran aktif dan cerdas dari keluarga, ekosistem digital yang sehat dan aman bukan sekadar harapan, tapi menjadi warisan nyata untuk generasi masa depan.

Previous Post

Expo 2025 GAKESLAB: Mendorong Industri Alat Kesehatan Nasional Indonesia

Next Post

Konsentrat Tembaga HPE Alami Penurunan pada Agustus 2025

Kategori

  • Ekonomi (29)
  • Energi (52)
  • Gaya Hidup (50)
  • Lingkungan Hidup (52)
  • Peristiwa (61)

TopTopic

Strategi Efektif Mencapai Swasembada Energi di Indonesia

Indonesia Raih USD 10 Miliar, Siap Jadi Pemain Utama Energi Global

Inovasi Nuklir yang membanggakan dari Karya Anak Bangsa

Inovasi Nuklir yang membanggakan dari Karya Anak Bangsa

Omset UMKM Turun, Banyak Aspek Masih Belum Optimal

Omset UMKM Turun, Banyak Aspek Masih Belum Optimal

Komitmen OSCT Jaga Lingkungan di Expo HLH Sedunia 2025

Komitmen OSCT Jaga Lingkungan di Expo HLH Sedunia 2025

Sidebar

Lintasbangsa.id

© 2025 LintasBangsa.id. All Rights Reserved.

Informasi Website

  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami

Media Social

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Energi
  • Lingkungan Hidup
  • Gaya Hidup

© 2025 LintasBangsa.id. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In