Post Views: 291
Jakarta, Indonesia — Kinerja ekspor DKI Jakarta menunjukkan tren yang sangat positif selama lima bulan pertama tahun 2025. Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mengumumkan bahwa nilai ekspor Jakarta dari Januari hingga Mei 2025 mencapai 6,86 miliar dolar AS, meningkat signifikan sebesar 49,87 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024.
Pernyataan resmi dari BPS DKI Jakarta yang diumumkan pada Selasa (1/7/2025), menjelaskan bahwa lonjakan ekspor ini didorong terutama oleh sektor nonmigas yang menghasilkan 2,29 miliar dolar AS atau naik 53,09 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri nonmigas berperan besar dalam perekonomian Jakarta.
Ekspansi Sektor Nonmigas dan Kontribusinya
Sektor pengelolaan mencatatkan kontribusi terbesar, dengan nilai share mencapai 96,28 persen, sementara sektor pertanian hanya menyumbang 3,55 persen. Porsi kecil ditunjukkan oleh sektor pertambangan dan migas, yang masing-masing hanya berkontribusi 0,17 persen. Fakta ini mengindikasi bahwa industri pengolahan sangat krusial bagi pertumbuhan ekonomi Jakarta.
Data ini tidak hanya menunjukkan betapa pentingnya sektor industri bagi DKI Jakarta, tetapi juga menggarisbawahi transformasi ekonomi yang sedang berlangsung. Percepatan pertumbuhan sektor nonmigas penting untuk mempertahankan daya saing di pasar global. Para pelaku industri diharapkan bisa terus meningkatkan kualitas dan inovasi produk, sehingga mampu memenuhi standar internasional dan permintaan pasar global.
Strategi dan Peluang di Pasar Ekspor
Amerika Serikat tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar untuk produk dari Jakarta, dengan nilai ekspor mencapai 893,88 juta dolar AS, naik 47,37 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditas utama yang diekspor ke AS antara lain alas kaki (423,40 juta dolar AS), pakaian dan aksesoris bukan rajutan (79,94 juta dolar AS), serta pakaian rajutan (74,63 juta dolar AS). Keberhasilan ini tentu saja harus dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan ke negara lain serta meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan.
Thailand berada di posisi kedua, dengan nilai ekspor mencapai 699,46 juta dolar AS, dari mana logam mulia dan perhiasan menjadi komoditas utama dikirim ke Negeri Gajah Putih (392,83 juta dolar AS). Sementara itu, China menempati peringkat ketiga sebagai mitra dagang penting untuk Jakarta, dengan nilai ekspor mencapai 680,40 juta dolar AS, di mana produk unggulan seperti lemak dan minyak hewani/nabati (180,05 juta dolar AS) menunjukkan kekuatan Jakarta dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
Kinerja ekspor yang positif ini adalah sinyal optimisme tentang ketahanan dan daya saing produk dari Jakarta di pasar global. Dominasi sektor pengolahan sebagai penggerak utama ekspor menunjukkan bahwa ekonomi ibu kota terus bergerak ke arah yang lebih produktif dan berdaya saing. Semua pihak, baik pemerintah dan pelaku industri, harus terus berkolaborasi untuk memaksimalkan potensi yang ada agar dapat menciptakan manfaat yang lebih besar bagi seluruh masyarakat Jakarta.