Post Views: 255
Jakarta – Masyarakat pengguna bahan bakar non subsidi harus kembali merogoh kocek lebih dalam. Menaikkan harga sejumlah jenis BBM non subsidi yang berlaku mulai hari ini, Selasa (1/7), di seluruh wilayah Indonesia, termasuk DKI Jakarta, menjadi keputusan yang sulit namun perlu diambil.
Dari hasil penelitian, penyesuaian harga ini ternyata berdampak cukup besar terhadap perekonomian masyarakat. Bagaimana tidak, ketika harga bahan bakar meningkat, otomatis biaya transportasi akan ikut melonjak. Hal ini pun menjadi perhatian banyak pihak di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Kenaikan Harga BBM Non Subsidi
Dalam langkah terbaru ini, harga Pertamax (RON 92) mengalami kenaikan signifikan dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter untuk wilayah DKI Jakarta. Kenaikan ini menjadi sorotan karena Pertamax sering menjadi pilihan utama bagi masyarakat urban yang mengandalkan kendaraan pribadi. Kenaikan juga terjadi pada hampir semua jenis BBM non subsidi lainnya, menambah berat beban kendaraan bermotor yang sudah tertekan oleh biaya hidup lainnya.
Menurut data yang dihimpun, berikut rincian harga terbaru BBM non subsidi di SPBU di wilayah DKI Jakarta per 1 Juli 2025: Pertamax: Rp12.500 per liter; Pertamax Turbo: Rp13.500 per liter; Pertamax Green 95: Rp13.250 per liter; Dexlite: Rp13.320 per liter; Pertamina Dex: Rp13.650 per liter; dan Pertamax di Pertashop: Rp12.400 per liter. Penyesuaian harga ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti harga minyak dunia dan biaya distribusi menjadi pertimbangan utama dalam menentukan harga jual eceran.
Dampak Kenaikan dan Respons Masyarakat
Meskipun kenaikan ini tergolong moderat, dampaknya bisa langsung terasa bagi masyarakat, khususnya pengguna kendaraan pribadi dan pelaku usaha transportasi. Biaya operasional yang meningkat memaksa pelaku usaha untuk menaikkan tarif, yang pada gilirannya berpotensi mengurangi daya beli masyarakat. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan pengelola bahan bakar dalam menjaga stabilitas harga agar tidak memberatkan masyarakat.
Menarik untuk dicermati bagaimana masyarakat beradaptasi dan mengatasi kenaikan harga BBM ini. Banyak yang mulai beralih menggunakan transportasi umum atau bahkan beralih ke kendaraan ramah lingkungan untuk menekan pengeluaran. Penyesuaian semacam ini mencerminkan kreativitas dan kemampuan masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan.
Pertamina belum mengumumkan apakah akan ada penyesuaian lanjutan dalam waktu dekat. Namun, publik diimbau untuk terus memantau perkembangan harga melalui kanal resmi agar tidak terkejut oleh perubahan harga yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Memastikan kesadaran dan informasi yang akurat menjadi kunci untuk mengambil keputusan yang tepat terkait penggunaan bahan bakar.