Post Views: 330
Jakarta — Upaya perusahaan energi untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Selama semester pertama 2025, perusahaan ini berhasil menerapkan program dekarbonisasi yang telah mencapai 205 ribu ton CO₂ ekuivalen, melampaui target kumulatif per Juni 2025 sebesar 157 ribu ton CO₂ ekuivalen.
Langkah progresif ini menjadi bukti konkret dari komitmen yang dicanangkan. Apakah pencapaian ini menunjukkan bahwa kita bisa lebih cepat menuju future yang lebih hijau? Dengan dukungan program dekarbonisasi yang kuat, harapan tersebut semakin berpotensi menjadi kenyataan.
Strategi Menuju Net Zero Emission
Dari awal, perusahaan ini telah menekankan pentingnya efisiensi energi dan penerapan tenaga rendah karbon dalam operasional kilang. Salah satu inovasi yang sangat berpengaruh adalah sistem Flare Gas Recovery, yang berfungsi untuk mengoptimalkan gas hasil pengolahan minyak mentah. Sistem ini tidak hanya mengurangi emisi karbon dari pembakaran flare, tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan energi di kilang.
Melalui pendekatan ini, perusahaan menunjukkan bahwa keselamatan dan efisiensi energi adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini juga tertuang dalam rutinitas perawatan yang berkala, yang memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dalam kondisi optimal, terjaga dan tidak menyumbang pada emisi berbahaya. Pendekatan holistik seperti ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi industri lain yang berusaha untuk berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Penerapan Energi Terbarukan dan Gas Bumi
Perusahaan ini juga mengambil langkah lebih lanjut dengan mendorong penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar alternatif, menggantikan penggunaan bahan bakar minyak yang lebih berpolusi. Salah satu yang sudah diimplementasikan di beberapa kilang utama, seperti kilang di Balikpapan, Balongan, dan Dumai.
Dengan kesiapan penggunaan fasilitas ramah lingkungan yang ada di Kilang Balikpapan, perusahaan berharap dapat mengukuhkan diri sebagai kilang terbesar di Indonesia. Di Kilang Balongan, telah ada Perjanjian Jual Beli Gas dengan pihak ketiga yang meningkatkan kestabilan pasokan energi. Sementara itu, di Kilang Dumai, amandemen perjanjian juga telah dilakukan untuk memastikan kelancaran operasional.
Melihat capaian semester pertama ini, optimisme terus tumbuh untuk mencapai target reduksi emisi sebesar 370 ribu ton CO₂ ekuivalen pada akhir 2025. Ini merupakan sinyal positif bahwa strategi dekarbonisasi yang digagas memang berada di jalur yang benar.
“Dengan peta jalan yang telah kami susun, kami yakin bahwa langkah-langkah yang diambil akan mendukung kami dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” demikian ungkap perwakilan perusahaan. Jika semua sektor industri berpartisipasi dalam inisiatif serupa, bukan dalam hal yang mustahil untuk mencapai target lingkungan yang lebih baik.